M11

 A. 

  1. B. Perubahan lingkungan fisik, biologis, sosial, ekonomi, dan budaya akibat aktivitas proyek

  2. B. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

  3. B. Memandu pengambilan keputusan untuk meminimalkan dampak lingkungan

  4. B. Peningkatan kualitas air melalui sistem pengolahan limbah

  5. B. Screening

  6. B. Matriks Leopold

  7. A. Reduce, Reuse, Recycle

  8. B. ISO 14001

  9. B. Dampak yang dapat dipulihkan setelah proyek selesai

  10. B. Melindungi biodiversitas dan jasa ekosistem

  11. B. Kurangnya kapasitas teknis penyusun dokumen

  12. B. Pemasangan filter udara untuk mengurangi emisi

  13. B. Memprioritaskan dampak lingkungan berdasarkan signifikansi

  14. B. Meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat

  15. B. Pemanfaatan panel surya untuk energi terbarukan

  16. B. Emisi karbon yang berkontribusi pada perubahan iklim

  17. A. Mengevaluasi dampak lingkungan teknologi dari produksi hingga pembuangan

  18. B. Pengurangan emisi karbon

  19. B. Untuk mengurangi konflik sosial dan meningkatkan legitimasi proyek

  20. B. Bias dalam scoping akibat tekanan pengembang


B.
  1. b. Perubahan lingkungan fisik, biologis, sosial, ekonomi, dan budaya akibat aktivitas proyek

  2. b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

  3. b. Memandu pengambilan keputusan untuk meminimalkan dampak lingkungan

  4. b. Peningkatan kualitas air melalui sistem pengolahan limbah

  5. b. Screening

  6. b. Matriks Leopold

  7. a. Reduce, Reuse, Recycle

  8. b. ISO 14001

  9. b. Dampak yang dapat dipulihkan setelah proyek selesai

  10. b. Melindungi biodiversitas dan jasa ekosistem

  11. b. Kurangnya kapasitas teknis penyusun dokumen

  12. b. Pemasangan filter udara untuk mengurangi emisi

  13. b. Memprioritaskan dampak lingkungan berdasarkan signifikansi

  14. b. Meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat

  15. b. Pemanfaatan panel surya untuk energi terbarukan

  16. b. Emisi karbon yang berkontribusi pada perubahan iklim

  17. a. Mengevaluasi dampak lingkungan teknologi dari produksi hingga pembuangan

  18. b. Pengurangan emisi karbon

  19. b. Untuk mengurangi konflik sosial dan meningkatkan legitimasi proyek

  20. b. Bias dalam scoping akibat tekanan pengembang


C. 

Studi Kasus 2: Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Batubara – PT Hartono

PT Hartono, sebagai perusahaan rintisan teknologi yang sedang berkembang dan mulai merambah sektor energi, memiliki komitmen terhadap prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Dalam rencana partisipasi pembangunan PLTU di wilayah pesisir, PT Hartono perlu mempertimbangkan tidak hanya aspek teknis dan finansial, tetapi juga dampak lingkungan dan sosial yang signifikan.

1. Analisis SWOT terhadap penerapan AMDAL oleh PT Hartono

Strengths (Kekuatan):

  • Memberikan legitimasi dan izin legal kepada PT Hartono untuk menjalankan proyek, sesuai dengan peraturan UU No. 32 Tahun 2009.

  • AMDAL membantu mengidentifikasi potensi risiko secara komprehensif sejak awal sehingga PT Hartono dapat mengelola dampak lingkungan dengan strategi yang terencana.

  • Komitmen PT Hartono terhadap transparansi dan teknologi memberi nilai tambah dalam pelaksanaan AMDAL yang akuntabel.

Weaknesses (Kelemahan):

  • Keterbatasan pengalaman PT Hartono di bidang energi batubara dapat mempengaruhi kualitas analisis dan kedalaman mitigasi dalam dokumen AMDAL.

  • Jika AMDAL tidak disusun dengan partisipasi masyarakat yang kuat, akan berpotensi memperbesar konflik sosial.

  • Tingginya biaya studi AMDAL dan penerapan teknologi hijau menjadi beban berat bagi startup seperti PT Hartono.

Opportunities (Peluang):

  • AMDAL dapat digunakan untuk menunjukkan keseriusan PT Hartono dalam menjaga keberlanjutan, yang bisa membuka akses ke pendanaan hijau atau mitra internasional.

  • Dapat membangun reputasi sebagai perusahaan teknologi yang berkontribusi pada transisi energi bersih dengan memadukan pembangkit konvensional dan inovasi digital.

  • Proses AMDAL dapat menjadi sarana membangun dialog konstruktif dengan komunitas lokal.

Threats (Ancaman):

  • Penolakan masyarakat yang masif bisa menghambat implementasi proyek dan mencoreng citra PT Hartono sebagai perusahaan teknologi yang inklusif.

  • Potensi konflik hukum atau gugatan dari LSM atau warga terdampak jika AMDAL dinilai tidak kredibel.

  • Dampak lingkungan yang tidak tertangani dengan baik bisa merugikan secara jangka panjang, termasuk dalam bentuk sanksi dan kerugian reputasi.

2. Tiga strategi mitigasi berbasis teknologi hijau untuk mengurangi dampak lingkungan

  1. Penerapan sistem karbon capture dan digital monitoring
    Mengintegrasikan sistem penangkap karbon (Carbon Capture and Storage/CCS) dengan sistem monitoring emisi digital berbasis IoT yang dikembangkan oleh divisi riset PT Hartono. Hal ini dapat menurunkan emisi karbon dan memberi data real-time kepada regulator serta publik.

  2. Teknologi pemrosesan limbah termal dengan sistem pendinginan berkelanjutan
    Menerapkan sistem closed-loop cooling yang ramah lingkungan untuk meminimalisasi pencemaran air laut. Dapat dikombinasikan dengan pemanfaatan limbah panas untuk keperluan industri atau budidaya perikanan terintegrasi (aquaculture).

  3. Perencanaan relokasi digital dan inklusif
    Mengembangkan platform digital berbasis GIS (Geographic Information System) untuk merancang relokasi masyarakat pesisir secara transparan dan adil. Melibatkan masyarakat melalui aplikasi partisipatif yang memungkinkan mereka memilih opsi relokasi, pelatihan kerja, atau kompensasi.

3. Peran konsultasi publik dalam mengatasi penolakan masyarakat dan meningkatkan legitimasi proyek

PT Hartono dapat menjadikan konsultasi publik sebagai bagian integral dari pendekatan kolaboratif dengan masyarakat lokal. Beberapa cara yang bisa ditempuh:

  • Transparansi digital: Menyediakan akses online ke dokumen AMDAL, termasuk ringkasan eksekutif, peta dampak, dan rencana mitigasi. Hal ini meningkatkan akuntabilitas dan memperluas jangkauan partisipasi.

  • Forum dialog inklusif: Mengadakan forum tatap muka dan daring yang terbuka bagi warga, LSM, tokoh adat, dan media. Diskusi difasilitasi oleh pihak independen seperti akademisi lingkungan agar netral.

  • Pemanfaatan teknologi partisipatif: Menggunakan aplikasi dan sistem polling digital untuk menampung aspirasi masyarakat secara sistematis, disertai dengan umpan balik langsung.

  • Paket manfaat bersama: Mengembangkan skema CSR berbasis hasil konsultasi publik yang berfokus pada pendidikan, pelatihan keterampilan energi hijau, dan kompensasi sosial berbasis kebutuhan nyata masyarakat terdampak.

Melalui konsultasi publik yang kuat, PT Hartono tidak hanya meningkatkan legitimasi proyek, tetapi juga memperkuat citra sebagai perusahaan teknologi yang peduli pada aspek sosial dan ekologis dalam proses transisi energi nasional.

Comments

Popular Posts